Ekspedisi Ranu Kumbolo
Siapa yang tak tahu keindahan Ranu Kumbolo, yang lokasinya dibuat shooting film
5 CM, untuk tahu keindahan Ranu Kumbolo ikuti aja cerita ini. Sejenak
meluangkan waktu untuk menenangkan pikiran setelah dihajar UAS semester 6, Cerita
ini berawal ketika itu saya dan teman-teman berencana pergi ke Bromo akan
tetapi yang punya ide awal Wafa ingin ke Ranu Kumbolo. Temen-temen pun stuju
untuk pergi ke sana. Jam 1 malam akupun di SMS temen untuk persiapan, karena
begitu mendadaknya aku pun bersiap seadanya. Akhirnya kalender menunjukkan hari
Rabu, 19 Juni 2013.
Jam pada waktu itu menunjukkan waktu pukul 5 pagi. Handphone mulai
beraktifitasnya, SMS mulai mengisi inbox HP-ku. Tajus, ya itulah nama panggilan
temenku yang berasal dari Jember berdarah Madura. Tajus pun SMS “otw ke
pondok”, lalu ku balas “OK”. Eh aku sendiri belum memperkenalkan diri, hehe....
Temen-temen biasa memanggilku Fudh, akupun di juluki Fudh Narsis ketika setelah
dari Ranu Kumbolo, asalku dari Demak Kota Wali ya begitulah julukan dari tempat
kelahiranku. Lanjut cerita, lalu tidak lama kemudian temenku Tajus datang
menjemputku. Setelah berada di pondokku Tajus pun menelpon temen-temen,
“Assalamu’alaikum, ada dimana yan”, telingaku mendengar “otw jus, ketemuan di
Mangli”. Yang di telpon Tajus tadi adalah Alvian asli Muncar – Banyuwangi,
bedarah Madura. Lanjut cerita kami pun ketemuan di Pom Bensin (SPBU) Mangli,
yaitu temen-temen yang ikut ekspedisi ke Ranu Kumbolo diantaranya Tajus; Saya
sendiri (Fudh); Alvian; Topan begitu panggilannya, asli Jember; kemudian ada
Tata, dengan postur tubuhnya yang tinggi, dan ahli medis yang sudah
berpengalaman, asli Jember; kemudian ada Rino (Alias Rino Hoax / Rinokumbolo)
sebutan itu muncul setelah ketahuan fotonya ada yang Hoax, setelah dari Ranu
Kumbolo baru dapat julukan Rinokumbolo, hehe.... sori no, asli Jember; Kemudian
ada Pingkan, asli Jember; dan terakhir ada Winda juga asli Jember.
Kita ber-8 berangkat dari Mangli dengan 4 motor yang masing-masing
berboncengan Aku dan Tajus, Alvian dan Topan, Tata dan Pingkan, Rino dan Winda. Kita pun ambil rute dari Jember – Lumajang – Senduro – Ranu Pane –Ranu
Kumbolo. Ketika sampai di Lumajang kita berhenti dulu di Foto Copyan untuk Foto
Copy identitas. Setelah itu sampai di salah satu supermarket, belanja untuk
logistik pendakian, Rino dan Tata cari bahan bakar kompor di Pasar (Katanya sih
dikira Uang Kaget, hehe...). Lanjut perjalanan kita ngisi perut dulu sebelum
memasuki hutan di Senduro.
Memasuki hutan di Senduro disambut dengan jalan yang tak nyaman kemudian
tempat yang sepi dan katanya angker.... Rino juga merasakan hal yang kurang enak
ketika sampai di bambu-bambu di Hutan Senduro, tapi kita lewati aja. Beberapa
saat kemudian sampai “Selamat Datang di Taman Nasional Semeru, Bromo Tengger”, Kemudian
kita istirahat sejenak di sebuah jembatan disana ada mata air yang keluar dari
pipa, Hehe.... dan foto-foto’an. Jalan yang sepi sekali dan beberapa yang lewat
pencari rumput untuk pakan ternak, pick-up petani sayuran, dan pedagang yang
mungkin habis belanja dari kota. Kita pun melanjutkan perjalanan disambut
dengan hawa dingin untuk sampai ke Ranu Pane, ketika hampir sampai, kita
istirahat sejenak di tebing-tebing yang banyak coretan-coretan. Setelah itu
kita lanjut lagi dan akirnya sampai juga di Ranu Pane.
Sesampainya di Ranu Pane kita registrasi dengan menghabiskan biaya Rp.
120ribu. Kemudian beberapa sholat di mushola, setelah sholat selesai kami
bersiap dengan mengecek peralatan untuk pendakian, kemudian berdoa dulu “Semoga
selamat sampai tujuan”. Jam menunjukkan pukul 13.00 WIB, kita pun berangkat
pendakian yang harus sesuai dengan jalan pendakian telah ditentukan. Dalam
perjalanan pendakian kita sering berpapasan dengan banyak pendaki lain baik
domestik dan beberapa ada dari mancanegara. Kami membawa tas dengan perbekalan
masing-masing, Topan dan Alvian bergantian membawa tas Carier yang berisi 2
tenda, Tata membawa 2 tas dengan tasnya Pingkan, yang lain termasuk aku membawa
bekal yang seadanya. Kami pun menuju Pos 1, dalam pendakian menuju pos 1, masih
pemanasan, hehe... sesampainya di Pos 1 kita istirahat sejenak dan bertemu
dengan Mahasiswa dari Bandung dan berbicang-bincang sebentar, kemudian datang
juga yang mau turun, kami pun melanjutkan Pendakian menuju Pos 2 yang berjarak
3 km, dalam perjalanan menuju Pos 2, atmosfer pendakian sudah mulai terasa dan
udara sudah mulai dingin tapi langit masih cerah, tapi kita disalip pendaki
dari Bandung, maklum salah satu dari kita belum ada yang pernah sampai Ranu
Kumbolo. Sesampainya di Pos 2, kita pun bertemu lagi dengan Pendaki dari
Bandung, disini Rino minta agar kompornya di keluarkan, “Mau Buat teh”,
anak-anak banyak yang gojloki (istilah dalam bahasa jawa) setelah pendaki dari
Bandung berangkat dan tehnya sudah jadi, eh malah anak-anak banyak yang minta,
dibaik-baikin kalau ada perlunya ke Rino, hehe.... kurang lebih pukul 17.00 WIB
kita melanjutkan perjalanan menuju Pos 3 dengan jarak 4,5 km. Dalam perjalanan
menuju Pos 3 ini kebersamaan kita ber-8 mulai diuji, salah satu diantara kita
ada yang mulai sakit yaitu Pinkan kondisi tubuhnya menurun ditambah hujan pada
malam hari yang membuat medan tambah berat. Untunglah dalam team kita punya
ahli medis yaitu Tata, dengan sabar dan telaten Tata merawat Pingkan. Yang
lainnya pun bekerjasama menuntun jalan yang gelap dan medan yang licin.
Sesampainya di Pos 3 kondisi kesehatan Pingkan semakin buruk dan udara semakin
rendah. Winda pun memberikan Pingkan minyak kayu putih. Anak-anak berencana
menginap di Pos 3 melihat kondisi seperti ini, akan tetapi beberapa berpikir hal-hal
yang membahaykan terjadi. Kamudian pendaki lain juga sampai di Pos 3 kamudian
kita melanjutkan perjalanan menuju Pos 4 kurang lebih 3 km perjalanan yang
lambat karena berhati-hati dengan perlatan yang masih belum memenuhi untuk
pendakian, dan sebentar-sebentar istirahat. Melihat ada cahaya di Ranu Kumbolo
anak-anak bersemangat kembali kemudian akhirnya sampai juga di Pos 4 dan
dinginnya mulai menusuk tulang.
Awal Pendakian |
Setelah sampai di Pos 4 istirahat sejenak kamudian melanjutkan menuju Ranu
Kumbolo, disini kami kebingungan mencari jalan karena ada banyak jalan setapak
akhirnya kami memutuskan untuk memilih jalan turun yang berada di pinggir Danau
Ranu Kumbolo dan memutuskan untuk membuat tenda dan tidak bergabung dengan
pendaki lain disudut lain Danau yang ke arah tanjakan Cinta menuju Semeru,
karena kondisi cuaca yang sangat dingin. Beberapa diantara kita pun mendirikan 2
tenda dan yang lainnya memasak air. Kemudian sholat dan kemudian makan dan
bercanda sejenak, kamudian tidur. Tidur pun tidak nyenyak karena tidak terbiasa
dengan udara yang sangat dingin, kaki pun terasa kaku. Hingga akhirnya sampai
subuh, kamudian sholat tapi sayang gak ada yang liat Sunrise, temen-temen pada
tidur. Saat kita bangun kondisi Pingkan sudah membaik, kemudian jam 06.00 WIB
kita mulai masak dan sebagian ada yang foto-foto dengan gaya yang
narsis-narsis, termasuk aku, hehe.... kamudian jam 06.30 WIB kita makan dengan
makan seadanya. Setelah itu jam 8.00 WIB sebagian menuju di sudut lain danau
Ranu Kumbolo disinilah Rino mendapat julukan Rinokumbolo dan menuju tanjakan
cinta tapi cuman untuk ngambil gambar aja dan sebagian lain mebersihkan lokasi
beristirahat. Jam 10.00 temen-temen kembali dari Tanjakan Cinta dan
berkemas-kemas untuk kembali turun gunung. Untuk ke Puncak Mahameru lain
kesempatan ja.... hehe..... Akhirnya setelah jam 10.30 WIB kita foto-foto bersama
dan kemudian berdoa bersama.
Berangkatlah kita dengan medan yang sudah diketahui sebelumnya jadi
perjalanan lancar. Dalam perjalanan kembali, pada waktu di Pos 4 kita membagi
kedalam 2 kelompok ber-5 turun gunung dengan kecepatan tinggi dan sisanya
santai, akan tetapi yang ber-5 menunggu yang ber-3 disetiap pos, kita pun
salip-salipan dengan orang gemuk dan temannya yang menemaninya dengan sabar
mereka dari Surabaya. Rino pun mengajak bercanda dengan orang dari surabaya itu
“Mas Duluan, nanti tak salip lagi”. Mas-nya pun tersenyum, “Silahkan, hehe...”.
Kami ber-5 sesampainya di Pos 3 istirahat sambil menunggu yang ber-3 sampai. Di
pos 3 kami bercanda dengan 2 pendaki lain dari Bandung, Topan : “Dari Mana Mas
?” Orang Bandung : “dari Bandung”, Topan : “Owh tadi kami sering ketemu pendaki
dari Bandung”. Orang Bandung : “Pantesan Bandung Sepi, pada kesini semua
ternyata, hehe...”, sambil nyengir. Kemudian Mas yang gemuk dan temannya dari
Surabaya sampai Pos 3 disitu mereka bersitirahat sebentar dan melanjutkan lagi,
diikuti pendaki lain yang mau turun. Setelah itu kelompok dari team kita yang
ber-3 sampai di Pos 3. Sesampainya di Pos 3 kita tunggu sampai siap lalu
berangkat lagi menuju pos 2 yang berjarak 4,5 km kelompok yang ber-5 berjalan
dengan kecepatan tinggi. Rino dan Winda sampai duluan di Pos 2, mereka menunggu
sekitar 30 menit untuk berkumpul semua (ber-8), kemudian kami ber-5 melanjutkan
perjalanan ke Pos 1 dimana kita jalan tanpa beristirahat karena sudah tahu
medan yang akan dilewati. Kemudian setelah sampai Pos 1 kami pun bersitirahat
sejenak dan bertemu dengan pendaki lain dari Samarinda dan Lombok yang baru
akan naik menuju puncak Semeru. Setelah itu datanglah kelompok kita yang ber-3
kamudian istrahat sejenak, kamudian kami yang ber-5 melanjutkan ke Ranu Pane,
juga dengan kecepatan tinggi, setelah itu kaki mulai terasa seperti engselnya
mau copot hehehe…… setelah sampai Ranu Pane beberapa
diantara kami yang berlima ada yang mandi, sholat, dan istirahat, sambil
menunggu yang ber-3 datang. Kemudian yang bertiga selesai dan akhirnya selesai
juga pendakian menuju Ranu Kumbolo senang bercampur pegal-pegal diaduk menjadi
satu. Setelah persiapan dan istirahat cukup kami melapor ke Petugas TN Bromo,
Semeru, Tengger setelah itu kamipun berangkat menuju perjalanan pulang dan
kabutpun datang. Rencana kami sepakat untuk lewat Probolinggo, akan tetapi
karena hujan daerah yang berpasir di Probolinggo tidak dapat dilewati kami pun
memutar kembali ke-arah Senduro. Aku mulai khawatir ketika berbalik arah menuju
Senduro karena sudah sore hari dan matahari mulai terbenam, awal berangkat pun
ada orang jalan bawa tongkat di tebing habisnya Ranu Pane, kita sapa bukannya
jawab eh malah orang itu marah-marah malah mau mukul alvian yang pake motor
berwarna merah. Di tengah hutan Senduro pun aku terus siaga takutnya ada rampok
(begal dalam bahasa jawa), kita pun
jalan berjalan berdampingan dan beberapa kali berpapasan dengan pengendara
lain. Setelah sampai ditengah hutan diantara kami motornya ada yang tergelincir
untungnya tidak sampai jatuh, dalam gelap kami pun terus berdoa supaya selamat
sampai tujuan. Alhamdulillah sampai perkampungan warga kita masih diberi
keselamatan. Kemudian kami mencari warung untuk makan, setelah itu kami melanjutkan
ke POM Bensin untuk istirahat, sholat dan tentunya mengisi Bensin. Di mushola
SPBU ada ibu-ibu bertanya “dari mana dek ?”, kami pun menjawab “dari Jember”,
Ibu-ibu : “mau kemana ?” kami : “habis dari Ranu Kumbolo”. Ibu-ibu : “lho jam
segini mau mendaki ?”. Kami : “ gak ibu, kami habis dari Ranu Pane”. Ibu-Ibu :
“kalau lewat Senduro jangan pake motor berwarna merah malam hari, karena motor
merah selalu jadi korban makhluk halus, untuk rampok (begal) aman kok dek kalau
lewat senduro, ibu sendiri pernah pake motor berwarna merah seperti diikuti
orang buesar di belakang, dan ada kecelakaan mobil berwarna merah jatuh ke
jurang pada malam hari. Terus ibu itu pamitan pulang. Kita pun akhirnya pulang
dengan selamat dengan penuh bersyukur, Alhamdulillah….
Posting Komentar untuk "Ekspedisi Ranu Kumbolo"
Dilarang Anonym